hama dan penyakit pada tanaman apel dan cara mengatasinya
ReadOr Download Gallery of artikel ipa hama dan penyakit pada tumbuhan biologi smp kelas viii - Tumbuhan Pisang | artikel ipa hama dan penyakit pada tumbuhan biologi smp kelas viii, gejala layu fusarium pada tanaman pisang 12 cara pengendaliannya, li na herbs pokok pisang kelat, macam macam perkembangbiakan vegetatif alami pada tumbuhan beserta,
c Serangan penyakit umumnya tidak langsung sehingga tanaman mati secara perlahan - lahan. B. Hama Tanaman dan Penyakit Tanaman Beserta Cara Mengatasinya 1. Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya Beberapa contoh hama yang sering kamu jumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut. a.
Hamadan penyakit pada tanaman buah kelengkeng matalada sebenarnya sama dengan hama dan penyakit yang biasa menyerang pada jenis kelengkeng pada umumnya. Ini dia paparannya. Daftar Isi 1. Hama dan Penyakit Kelengkeng Matalada 1.1. 1. Trusuk 1.2. 2. Penggerek Batang (Zeuzeta Coffeae Neitner) 1.3. 3. Penghisap Buah (Tessarotoma Javanica) 1.4. 4.
HamaApel dan Cara Mengatasinya Hama yang menyerang tanaman apel dapat merusak pohon, bunga, dan buah. Hal ini dapat mengurangi kualitas buah bahkan akan mengurangi produksi yang akhirnya dapat merugikan petani apel. Oleh karena itu petani apel harus mengetahui hama yang sering menyerang tanaman apel dan bagaimana cara mengendalikannya. ?
Caramengatasi tanaman yang terserang jenis hama ini yaitu dengan cara membuang atau memusnahkan tanaman yang sudah terkena hama kutu. Cara mencegah terjadinya kerusakan yang dikarenakan kutu kita dapat melakukan penyemprotan pada daun dan batang tanaman dengan menggunakan obat pembasmi hama kutu.
15 năm chờ đợi di trú tập cuối. JAKARTA, - Cabai adalah salah satu tanaman favorit banyak petani karena keuntungan yang dihasilkan cukup besar. Namun demikian, dalam budidaya cabai, Anda harus memperhatikan kehadiran hama dan penyakit. Pasalnya, serangan hama dan penyakit tanaman cabai bisa menyebabkan tanaman rusak, mati, hingga gagal dari laman Cybex Kementerian Pertanian RI, Jumat 2/9/2022, berikut beberapa hama dan penyakit tanaman cabai dan cara mengatasinya. Baca juga Begini Cara Menanam Cabai Rawit di Gunung agar Hasilnya MelimpahSHUTTERSTOCK/ORLIO Ilustrasi tanaman cabai merah besar. Hama tanaman cabai dan cara mengatasinya 1. Ulat tanah Ulat tanah Agrotis ipsilon biasa menyerang tanaman cabe yang baru pindah tanam, yaitu dengan cara memotong batang utama tanaman hingga roboh bahkan bisa sampai putus. Untuk tindakan pencegahan dapat dilakukan penyemprotan insektisida Turex WP dengan konsentrasi 0,25 hingga 0,5 gram per liter bergantian dengan insektisida Direct 25ec dengan konsentrasi 0,4 cc per liter atau insektisida Raydok 28ec dengan konsentrasi 0,25 sampai 0,5 cc per liter sehari sebelum pindah tanam. 2. Ulat grayak Ulat grayak pada tanaman cabe biasa menyerang daun, buah dan tanaman yang masih kecil. Untuk tindakan pengendalian dianjurkan menyemprot pada sore atau malam hari dengan insektisida biologi TurexWP bergantian dengan insektisida Raydok 28ec atau insektisida Direct 25ec. Baca juga Perbedaan Penyakit Layu Fusarium dan Layu Bakteri pada Tanaman Cabai
Hama dan penyakit tanaman adalah dua dari sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman sehingga tidak bisa berkembang secara maksimal. Secara umum, penyebab tanaman tidak bisa berkembang dengan baik adalah karena terjangkit penyakit dan terserang hama pengganggu. Ada banyak jenis hama dan penyakit tumbuhan yang telah lama menjadi musuh para petani. Hama dan penyakit pada tanaman ini berpotensi mengakibatkan petani mengalami kerugian besar karena gagal panen. Jenis hama dan penyakit tumbuhan harus diamati secara cermat agar bisa diatasi dengan cara yang tepat. Meski kedua hal ini biasa terjadi pada kegaitan bercocok tanam atau budidaya beragam jenis tanaman, namun kita harus tetap mampu mengendalikannya supaya mendapatkan hasil panen terbaik. Hama TanamanPenyakit TanamanJenis Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya1. Tikus2. Ulat3. Walang Sangit4. WerengJenis Penyakit Tanaman dan Cara Mengatasinya1. Penyakit Tungro2. Penyakit Mosaik Hama adalah organisme yang keberadaannya dianggap merugikan dan tidak diinginkan pada kegiatan sehari-hari manusia. Hama umumnya merujuk pada organisme yang mengganggu kegiatan bercocok tanam. Namun selain itu, beberapa jenis hewan juga bisa dikategorikan sebagai hama apabila menimbulkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi perantara penyebaran penyakit bagi manus. Contohnya adalah tikus, nyamuk dan lalat yang menjadi penyebar wabah. Pada sektor pertanian dan perkebunan, hama adalah organisme pengganggu tanaman yang menimbulkan kerusakan fisik. Oleh sebab itu, hama tumbuhan bisa ditujukan untuk semua hewan yang menyebabkan kerugian pada kegiatan pertanian dan perkebunan. Penyakit Tanaman Penyakit tanaman adalah gangguan pada tumbuhan yang disebabkan oleh patogen maupun non patogen sehingga menyebabkan proses pertumbuhan tanaman secara keseluruhan atau apda bagian tertentu tidak dapat berjalan sesuai fungsi normalnya, atau dengan kata lain menghambat proses pertumbuhan tanaman. Sebaran penyakit pada tanaman dapat terjadi melalui jamur, bakteri, riketsia, mikoplasma, spiroplasma dan hama yang membawa virus. Jenis Hama Tanaman dan Cara Mengatasinya Ada banyak jenis hama dan penyakit tanaman yang bisa menyebabkan gangguan pada tumbuhan. Hama adalah hewan atau organisme yang menyerang atau mengganggu tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya tidak dapat berjalan secara optimal.. Berikut ini adalah beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman perkebunan dan pertanian sehingga menjadi musuh petani dan pecinta tanaman, yaitu 1. Tikus Kehadiran hama pasti sangat merugikan petani, salah satu hama yang paling sering menyerang lahan pertanian adalah tikus. Tikus merupakan hewan dengan mobilitas luas, memiliki daya adaptasi tinggi serta perkembangbiakan cepat. Pixabay Biasanya tikus menyerang tanaman padi, jagung, kacang dan sebagainya. Serangan tikus umumnya terjadi di malam hari, dimana target utama hama tikus adalah biji dan batang tanaman padi dan jagung. Hama tikus menyerang dengan giginya yang tajam untuk melahap setiap bulit biji tanaman. Tikus biasanya membuat lubang atau sarang di area sawah dan semak-semak sebagai tempat perlindungan atau bersembunyi. Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hama tikus, antara lain Menutup lubang-lubang di sekitar sawah, kemudian tangkap tikus saat mereka berusaha kabur. Manfaatkan populasi ular tidak berbisa untuk mengusir atau memangsa tikus. Menggunakan alat pembasmi tikus atau umpan beracun sesuai dosis yang dianjurkan. Namun, kita patut berhati-hati dalam menerapkan cara ini karena risiko keracunan terhadap diri sendiri. 2. Ulat Ulat adalah jenis hama yang tak kalah merepotkan bagi para petani. Umumnya, ulat memakan daun dan batang yang berfungsi penting dalam perkembangan tumbuhan. Pixabay Untuk mengatasi serangan hama ulat, kita bisa melakukan bebera cara sebagai berikut Memeriksa bagian bawah daun, jika kita menemukan telur kupu-kupu berwarna putih, maka segera bersihkan. Menggenangi tempat persemaian dengan air secukupnya agar ulat-ulat tersebut naik ke atas sehingga lebih mudah dibasmi. Menggunakan pestisida sesuai cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan. 3. Walang Sangit Walang sangit adalah salah satu jenis serangga yang sangat mengganggu dan meresahkan para petani. Bagaimana tidak, walang sangit dapat merusak tanaman dengan hanya sekali terbang. Bahkan, walang sangit juga bisa merusak meski sekadar melompat dari satu tanaman ke tanaman lain dengan mengeluarkan bau tak sedap. Jika tanaman terserang hama walang sangit, kisa bisa melakukan langkah-langkah berikut untuk membasminya Menerapkan sistem tanam serentak. Menjaga kebersihan sawah atau lahan dari rumput-rumput liar yang menjadi habitat walang sangit. Menangkap walang sangit menggunakan alat-alat tertentu sesuai kebutuhan. Memanfaatkan predator alami, salah satunya adalah laba-laba. Menanam beberapa jenis jamur yang bersifat racun bagi walang sangit. Menggunakan insektisida sesuai cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan. 4. Wereng Hama wereng biasanya menyerang daun dan batang tanaman sehingga tak lama kemudian tumbuhan tersebut akan mati. Selain itu, hama wereng merupakan salah satu jenis hama yang menyebarkan virus penyebab penyakit tungro pada tanaman. Terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi hama wereng tersebut, antara lain Mengatur pola tanam dengan melakukan sistem penanaman bersama atau bergilir untuk memutus siklus hidup hama wereng. Memanfaatkan kehadiran hewan predator, seperti kumbang unta Ophionea nigrofasciata, kumbang tomcat Paederuss fuscipes, dan laba-laba serigala Lycosa pseudoannulata. Menggunakan insektisida dengan cara penggunaan dan dosis yang dianjurkan agar tidak merusak lingkungan dan menyebabkan polusi tanah. Selain beberapa jenis hama tanaman yang telah disebutka, masih banyak jenis hewan yang masuk dalam kategori hama, seperti babi hutan, burung pipit, lalat buah, lalat buncis, dan belalang. Jenis Penyakit Tanaman dan Cara Mengatasinya Gangguan terhadap perumbuhan tanaman juga bisa disebabkan oleh infeksi penyakit. Umumnya, penyakit tanaman disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri, dan jamur. Semua tumbuhan yang terserang penyakit dipastikan akan mengalami hambatan perkembangan, bahkan berujung pada kematian tanaman. Selain itu, ada pula tumbuhan yang akan mengalami fase perkembangan abnormal karena terserang penyakit. Sebeanrnya, penyakit yang menyerang tumbuhan tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme. Ada pula penyakit yang muncul karena tanaman tersebut kekurangan unsur hara atau unsur yang terdapat dalam tanah. Oleh sebab itu, gangguan pertumbuhan pada tanaman bisa disebabkan oleh banyak faktor sehingga menimbulkan penyakit pada tanaman. Berikut ini adalah penyakit-penyakit tumbuhan yang umum menyerang tanaman, antara lain 1. Penyakit Tungro Salah satu jenis penyakit tumbuhan yang menjadi masalah besar bagi para petani padi adalah tungro. Penyakit ini menjadi penyebab utama produksi padi nasional mengalami kegagalan. Penyakit tungro pada tanaman padi bisa disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda, yaitu Rice tungro bacilliform virus dan Rice tungro spherical virus. Kedua jenis virus berbahaya ini mampu menginfeksi tanaman dalam waktu bersamaan karena keduanya tidak memiliki kekerabatan serologi. Biasanya, virus tungro ditularkan oleh hama wereng. Kita bisa mengenali tumbuhan yang terkena penyakit tungro dengan cara menganalisa beberapa gejala yang muncul seminggu setelah terjadinya inokulasi. Gejala tersebut adalah munculnya diskolorasi berwarna kuning dan muncul klorisi pada daun. 2. Penyakit Mosaik Penyakit mosaik adalah salah satu jenis penyakit pada tumbuhan yang menyerang tanaman tembakau. Penyakit ini disebabkan oleh Tobacco Mosaic Virus atau yang sering disingkat dengan TMV. Ada beberapa gejala yang bisa kita kenali saat menemukan tanaman mengalami serangan penyakit ini, yaitu munculnya bercak hijau muda atau kuning yang tersebar di seluruh bagian daun, ukuran buah menjadi lebih kecil, muncul garis hitam pada batang yang menandakan adanya jaringan yang mati. Jika semai tumbuhan terinfeksi, maka bisa dipastikan semai tersebut akan mati tidak lama setelahnya. Selain kedua penyakit tumbuhan yang telah dijelaskan, ada beberapa penyakit lain yang juga sering ditemui, antara lain penyakit layu cabai, penyakit embun tepung, penyakit hawar daun kentang, penyakit semai roboh, penyakit VSD atau Vascular Streak Diaback, penyakit bubuk cokelat, dan penyakit daun berlubang.
HAMA DAN PENYAKIT APEL Hama dapat menjadi masalah serius dalam budidaya tanaman apel. Beberapa hama umum yang dapat menyerang tanaman apel adalah sebagai berikut Ulat Grayak Cydia pomonella Ulat Grayak adalah salah satu hama utama pada tanaman apel. Ulat ini memakan buah dan meninggalkan bekas lubang kecil di kulit buah. Ulat Grayak dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida atau penggunaan perangkap feromon. Pengorok Daun Tetranychus urticae Pengorok daun adalah serangga kecil yang menyebabkan kerusakan pada daun dengan cara mengisap cairan dari jaringan tanaman. Pengorok daun dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida atau penggunaan predator alami seperti tungau predator. Kutu Daun Aphis pomi Kutu daun menyerang bagian-bagian tanaman yang lembut seperti tunas, daun muda, dan bunga. Kutu daun dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman apel dan juga dapat menularkan virus. Kutu daun dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida atau penggunaan predator alami seperti kepik predator. Lalat Buah Rhagoletis pomonella Lalat buah menyerang buah yang masih muda dan menimbulkan lubang di kulit buah. Lalat buah dapat dikendalikan dengan menggunakan perangkap buah dan penggunaan insektisida. Tikus Tikus dapat merusak akar dan batang tanaman apel, sehingga dapat menyebabkan tanaman mati. Tikus dapat dikendalikan dengan menggunakan racun tikus dan menjaga kebersihan area sekitar tanaman apel. Untuk mengendalikan hama pada tanaman apel, penting untuk melakukan pemantauan teratur terhadap tanaman, mengambil tindakan segera jika ditemukan hama, dan menggunakan metode pengendalian yang tepat. Selain itu, juga penting untuk menjaga kebersihan lingkungan sekitar tanaman dan melakukan praktik budidaya yang baik untuk menjaga kesehatan tanaman Beberapa penyakit yang umum terjadi pada tanaman apel antara lain Busuk Buah Penyakit ini disebabkan oleh jamur dan biasanya menyerang buah yang sudah matang. Gejalanya antara lain bercak-bercak berair pada buah, kemudian berubah menjadi
Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel mulai ditanam pada tahun 1934, hingga saat ini tanaman apel sudah banyak ditanam di berbagai wilayah. Apel dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah dataran tinggi. Di Kota Batu, Jawa Timur, apel merupakan buah yang menjadi ikon kota wisata ini. Apel di Kota Batu sudah mulai ditanam sejak tahun 1950 dan berkembang pesat pada tahun 1960-an hingga saat ini. Seiring berkembangnya tanaman apel di kota batu, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman apel juga perlu dilakukan dengan baik. Pakar atau pihak yang berkompeten dalam bidangnyalah yang dapat memberikan solusi dalam setiap permasalah yang dihadapi oleh petani. Keterbatasan jumlah pakar dan pengetahuan menjadi kesulitan dalam proses identifikasi hama dan penyakit tanaman apel. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu sistem yang disebut sistem pakar. Sistem pakar adalah program atau aplikasi perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah yang biasanya diselesaikan oleh seorang pakar. Aplikasi sistem pakar berbasis website banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan masyarakat, dapat mengambil keputusan dengan cepat merupakan nilai lebih dalam aplikasi sistem pakar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah certainty factor CF, metode tersebut menyatakan tingkat kepercayaan dalam sebuah kejadian atau fakta berdasarkan bukti ataupun penilaian dari seorang pakar. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!7!!Sistem Pakar Diagnosa Hama Dan Penyakit Pada Tanaman Apel Menggunakan Metode Certainty Factor Alfan Hadi Permana1, Rosa Andrie Asmara2, Ariadi Retno Tri 1Program Studi Teknik Informatika, 2,3Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Malang ABSTRAK Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel mulai ditanam pada tahun 1934, hingga saat ini tanaman apel sudah banyak ditanam di berbagai wilayah. Apel dapat tumbuh dan berbuah dengan baik di daerah dataran tinggi. Di Kota Batu, Jawa Timur, apel merupakan buah yang menjadi ikon kota wisata ini. Apel di Kota Batu sudah mulai ditanam sejak tahun 1950 dan berkembang pesat pada tahun 1960-an hingga saat ini. Seiring berkembangnya tanaman apel di kota batu, pengendalian hama dan penyakit pada tanaman apel juga perlu dilakukan dengan baik. Pakar atau pihak yang berkompeten dalam bidangnyalah yang dapat memberikan solusi dalam setiap permasalah yang dihadapi oleh petani. Keterbatasan jumlah pakar dan pengetahuan menjadi kesulitan dalam proses identifikasi hama dan penyakit tanaman apel. Penelitian ini bertujuan untuk merancang dan mengimplementasikan suatu sistem yang disebut sistem pakar. Sistem pakar adalah program atau aplikasi perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah yang biasanya diselesaikan oleh seorang pakar. Aplikasi sistem pakar berbasis website banyak dimanfaatkan oleh berbagai kalangan masyarakat, dapat mengambil keputusan dengan cepat merupakan nilai lebih dalam aplikasi sistem pakar. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah certainty factor CF, metode tersebut menyatakan tingkat kepercayaan dalam sebuah kejadian atau fakta berdasarkan bukti ataupun penilaian dari seorang pakar. Kata kunci sistem pakar, tanaman apel, hama dan penyakit, metode certainty factor I. PENDAHULUAN Kecerdasan buatan atau Artificial Intellegence AI dapat didefinisikan sebagai mesin cerdas yang dapat membantu melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh manusia. Menurut Encyclopedia Britania kecerdasan buatan merupakan cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan. Salah satu cabang dari kecerdasan buatan adalah Expert System atau sistem pakar, yaitu program penasehat berbasis komputer yang mencoba meniru proses berpikir dan pengetahuan dari seorang pakar dalam menyelesaikan masalah-masalah spesifik. Sistem pakar merupakan perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah yang biasanya diselesaikan oleh seorang pakar. Aturan-aturan di dalamnya memberitahu program, bagaimana ia memberlakukan informasi-informasi yang tersimpan. Berdasarkan itu program memberikan solusi-solusi atau bantuan mengambil keputusan mengenai permasalahan tertentu, mirip dengan saran seorang pakar. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Apel dapat tumbuh dan berbuah baik di daerah dataran tinggi. Salah satu sentra produksi apel di Indonesia adalah Batu dan Poncokusumo, Kab. Malang. Di Kota Batu, kegiatan budidaya apel berlangsung hampir setiap tahunnya dengan dua kali masa panen. Pengendalian hama dan penyakit merupakan salah satu faktor terpenting dalam perkembangan tanaman apel. Para petani biasanya melakukan pencegahan dengan melakukan penyemprotan setiap 1 - 2 minggu sekali dengan dosis ringan. Pencegahan ini agar hama dapat segera ditanggulangi dan baik dilakukan di pagi atau sore hari. Terkadang petani juga membutuhkan seorang pakar dalam menentukan jenis hama dan penyakit pada tanaman apel agar dapat memberikan solusi terbaik. Demikian pula jika ditemukan adanya jenis hama dan penyakit baru pada tanaman apel, maka seorang pakar harus melakukan penelitian guna mendapatkan keterangan dari hama dan penyakit baru tersebut dan secepat mungkin memberikan sosialisasi kepada para petani mengenai jenis hama dan penyakit baru tersebut beserta cara penanganannya. Akan tetapi, keterbatasan yang dimiliki seorang pakar terkadang menjadi kendala bagi para petani yang akan melakukan konsultasi guna menyelesaikan suatu permasalahan untuk mendapatkan solusi terbaik. Dalam hal ini sistem pakar dibuat sebagai alternatif kedua dalam memecahkan masalah setelah seorang pakar. Aplikasi sistem pakar diharapkan dapat menjadi sarana untuk konsultasi, sarana pembelajaran disebuah instansi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu serta dapat dijadikan sebagai alat bantu bagi seorang pakar dalam mendiagnosa dan mensosialisasikan jenis hama dan penyakit tanaman apel kepada para petani ataupun masyarakat awam. Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!8!!II. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik ilmiah yang dimaksud adalah dimana kegiatan penelitian itu dilaksanakan berdasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis RES. Metode yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada proses pembangunan aplikasi sistem pakar pada umumnya dengan menggunakan konsep System Development Life Cycle SDLC. Proses identifikasi masalah, pengumpulan data, analisa perancangan, dan pengujian aplikasi merupakan bagian terpenting dalam konsep SDLC. Penekanan dilakukan pada proses identifikasi masalah dan analisis perancangan serta pengujian aplikasi. Pemenuhan konsep sistem pakar dengan berbasis pengetahuan dilakukan dengan pengumpulan data dan informasi yang terkait dengan hama dan penyakit pada tanaman apel. Dengan melakukan studi pustaka dan konsultasi secara langsung terhadap pakar yang berpengalaman. Basis data dilakukan dengan analisis dan perancangan menggunakan model diagram konteks, dan Entity Relationship Diagram ERD. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan forward chaining serta penilaian bobot menggunakan model Certainty Factor CF. Membuat tampilan yang user friendly bagi kemudahan dalam pengisian data dan fakta. Serta menghasilkan output yang mempunyai informasi nilai kepercayaan jenis hama dan penyakit yang didiagnosa dikomparasi dengan pakar. Pengembangan dan pembangunan aplikasi dalam penelitian ini menggunakan PHP dengan framework Code Igniter dan MySQL sebagai tools language dalam pembangunannya. A. Hama dan Penyakit Tanaman Apel Tabel 1 Hama Tanaman Apel ⋅ Hama menghisap cairan sel daun ⋅ Terdapat hama pada permukaan daun muda, tangkai, bunga dan buah ⋅ Terdapat embun madu pada permukaan daun ⋅ Tumbuhnya jamur hitam pada daun ⋅ Daun berubah bentuk ⋅ Terlambat berbunga ⋅ Buah mudah gugur ⋅ Mutu buah jelek ⋅ Hama menghisap cairan sel daun ⋅ Bercak kuning pada daun ⋅ Daun berubah mengering ⋅ Bercak keperak-perakan pada buah ⋅ Hama menyerang tunas dan buah ⋅ Daun terlihat bintik putih ⋅ Daun menggulung ke atas ⋅ Pertumbuhan daun tidak normal ⋅ Daun berubah mengering ⋅ Daun terdapat bekas luka berwarna coklat ⋅ Hama menyerang daun ⋅ Lubang tidak teratur pada daun ⋅ Hama menghisap cairan sel daun ⋅ Daun terdapat bekas luka berwarna coklat ⋅ Tunas yang terserang menjadi coklat dan kering ⋅ Bercak keperak-perakan pada buah ⋅ Mutu buah jelek ⋅ Hama menyerang daun ⋅ Kerusakan pada daun hingga 30% ⋅ Terdapat larva dibalik daun ⋅ Mutu buah jelek ⋅ Benjol-benjol pada buah Tabel 2 Penyakit Tanaman Apel Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!9!!B. Metode Faktor Kepastian Certainty Factor Certainty Factor CF merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk mengatasi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Certainty Factor CF dapat terjadi dengan berbagai kondisi. Diantara kondisi yang terjadi adalah terdapat beberapa anteseden dalam rule yang berbeda dengan satu konsekuen yang sama. Faktor kepastian menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian fakta atau hipotesis berdasarkan bukti atau penilaian pakar. Certainty Factor menggunakan suatu nilai untuk mengasumsikan derajad keyakinan seorang pakar terhadap suatu data. Giarattano dan Riley,1994 dalam Kusrini, 200625 menyebutkan konsep keyakinan dan ketidakyakinan yang kemudian diformulakan dalam rumusan dasar certainty factor sebagai berikut CFRule = MBH, E - MDH, E MBH, E = 1max PHE,PH−PHmax 1,0−PHMDH, E = 1min PHE,PH−PHmin 1,0−PHDi mana CFRule = faktor kepastian MBH, E = measure of belief ukuran kepercayaan terhadap hipotesis H, jika diberikan evidence E antara 0 dan 1 MDH, E = measure of disbelief ukuran ketidakpercayaan terhadap hipotesis H, jika diberikan evidence E antara 0 dan 1 PH = probabilitas kebenaran hipotesis H PHE = probabilitas bahwa H benar karena fakta E III. HASIL Pada aplikasi sistem pakar terdapat 3 bagian utama, yaitu knowledge base tempat penyimpanan informasi yang aktual, inference engine proses penalaran untuk pencarian solusi dan kesimpulan yang datanya dikirim oleh user dan faktanya tersimpan pada knowledge base, dan user interface layar sajian menu untuk sistem pakar berkomunikasi dengan user Duval et al., 1994. Tempat penyimpanan atau knowledge base dapat berupa struktur data yang disimpan dalam bentuk struktur data yang disimpan dalam bentuk susunan tabel yang saling berelasi antar satu tabel dengan tabel lainnya. Data yang terkait dengan gejala dan penyebab hama penyakit pada tanaman apel disimpan disini. Susunan ERD yang dirancang dapat dilihat pada gambar 1. ⋅ Permukaan daun tampak putih ⋅ Tunas tidak normal dan tidak berbuah ⋅ Buah berwana coklat, kulit berwarna coklat Marssonina Coronaria Davis ⋅ Pada saat perompesan terlihat bercak putih ⋅ Timbul titik hitam pada daun ⋅ Daun berguguran ⋅ Batang atau cabang membusuk ⋅ Batang atau cabang mengeluarkan cairan ⋅ Buah berwarna coklat, berkulit coklat ⋅ Buah membusuk ⋅ Buah bercak kecil coklat ⋅ Timbul bintik hitam pada buah ⋅ Berada di daerah dingin basah ⋅ Daun layu ⋅ Daun berguguran ⋅ Kulit akar membusuk Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!10!!Gambar 1 Entity Relation Diagram pada knowledge base. Pada bagian inference engine, digunakan bentuk production rules. Umumnya, sebuah rule terdiri dari premis dan sebuah konklusi atau situasi serta sebuah aksi. Pernyataan yang digunakan dalam penulisan adalah IF - THEN. Hubungan “if-then-else” adalah tiruan dari cara seorang pakar dalam penyelesaian masalah yang sulit. Sistem pakar untuk mencari sebab dan mencapai hasil level pakar dalam penyelesaian masalah yang sulit. Berikut rule yang diterapkan pada penelitian ini R1 = IF Hama menghisap cairan sel daun AND Terdapat hama pada permukaan daun muda, tangkai, bunga dan buah AND Terdapat embun madu pada permukaan daun AND Tumbuhnya jamur hitam pada daun AND Daun berubah bentuk AND Terlambat berbunga AND Buah mudah gugur AND Mutu buah jelek THEN Hama = Kutu Hijau R2 = IF Hama menghisap cairan sel daun AND Bercak kuning pada daun AND Daun berubah mengering AND Bercak keperak-perakan pada buah THEN Hama= Tungau R3 = IF Hama menyerang tunas dan buah AND Daun terlihat bintik putih AND Daun menggulung ke atas AND Pertumbuhan daun tidak normal AND Daun berubah mengering AND Daun terdapat bekas luka berwarna coklat THEN Hama = Trips R4 = IF Hama menyerang daun AND Lubang tidak teratur pada daun THEN Hama = Ulat Daun R5 = IF Hama menghisap cairan sel daunAND Daun terdapat bekas luka berwarna coklat AND Tunas yang terserang menjadi coklat dan kering AND Bercak keperak-perakan pada buah AND Mutu buah jelek THEN Hama = Serangga Penghisap Daun R6 = IF Hama menyerang daun AND Kerusakan pada daun hingga 30% AND Terdapat larva dibalik daun THEN Hama = Ulat Daun Hitam R7 = IF Mutu buah jelek AND Benjol-benjol pada buah THEN Hama = Lalat Buah R8 = IF Permukaan daun tampak putih AND Tunas tidak normal dan tidak berbuah AND Buah berwana coklat, kulit berwarna coklat THEN Penyakit = Penyakit Embun Tepung R9 = IF Pada saat perompesan terlihat bercak putih AND Timbul titik hitam pada daun AND Daun berguguran THEN Penyakit = Penyakit Bercak Daun R10 = IF Batang atau cabang membusuk AND Batang atau cabang mengeluarkan cairan AND Buah berwarna coklat, berkulit coklat AND Buah membusuk THEN Penyakit = Penyakit Kanker R11 = IF Buah bercak kecil coklat AND Timbul bintik hitam pada buah THEN Penyakit = Busuk Buah R12 = IF Berada di daerah dingin basah AND Daun layu AND Daun berguguran AND Kulit akar membusuk THEN Penyakit = Busuk Akar Bagian lain dari sistem ini adalah tampilan user atau user interface diberikan sajian menu yang menampilkan beberapa jenis gejala yang dapat dipilih Gambar 2. User dapat menentukan gejala-gejala yang ditemui para petani apel. Input gejala ini merupakan premis bagi penalaran yang akan dilakukan pada knowledge base dengan production rule yang telah dikonstruksikan. Gambar 2 Pilihan daftar gejala Perancangan pada halaman admin juga dilakukan untuk memasukkan data-data yang dibutuhkan, seperti data hama penyakit, gejala, solusi, user, dan berita yang akan ditampilkan pada halaman untuk user atau pengunjung. Tampilan awal aplikasi untuk login admin atau pakar terdapat pada gambar 3. ! Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!11!!Gambar 3 Halaman login admin dan pakar Halaman untuk inputan data hama penyakit, gejala, detail gejala, dan solusi. Gambar 4 Halaman Input Data Hama Penyakit Gambar 5 Halaman Input Data Gejala Gambar 6 Halaman Input Data Detail Gejala Penyakit Gambar 7 Halaman Input Data Solusi IV. PEMBAHASAN Berisi tentang penerapan metode didalam sistem aplikasi. Dilakukan dengan tahap implementasi dan pengujian sistem. Penggunaan metode certainty factor pada aplikasi ini dengan menggunakan aturan perhitungan nilai CFpakar dengan CFuser menggunakan persamaan CFH,E = CFE*CFrule = CFuser*CFpakar Pada sesi konsultasi sistem, pengguna user diberi pilihan jawaban yang masing – masing memiliki bobot sebagai berikut Pilihan jawaban dengan tingkat keyakinan • Tidak = 0 • Sedikit yakin = 0,4 • Cukup yakin = 0,6 • Yakin = 0,8 • Sangat yakin = 1 Sebagai contoh, proses pemberian bobot pada setiap premis gejala hingga perolehan prosentase keyakinan untuk Penyakit Embun Tepung pada musim hujan. Rule1 IF Permukaan daun tampak putih AND Tunas tidak normal dan tidak berbuah AND Buah berwana coklat, kulit berwarna coklat THEN Penyakit = Penyakit Embun Tepung Langkah pertama adalah pemecahan rule dengan premis majemuk menjadi rule dengan premis tunggal, seperti dibawah ini IFPermukaan daun tampak putih THENPenyakit Embun Tepung IFTunas tidak normal dan tidak berbuah THENPenyakit Embun Tepung IFBuah berwana coklat, kulit berwarna coklat THENPenyakit Embun Tepung Kemudian pakar menentukan nilai CF pakar untuk masing-masing premis sebagai berikut CFpakarPermukaan daun tampak putih = 0,6 CFpakarTunas tidak normal dan tidak berbuah = 0,4 CFpakarBuah berwana coklat, kulit berwarna coklat = 0,4 Jurnal'Informatika'Polinema''ISSN'2407-070X' ' Volume'1,'No'3,'Mei''2015'!12!!Kemudian dilanjutkan dengan penentuan CF user, misalkan user memilih jawaban sebagai berikut • CFuser Permukaan daun tampak putih = 0,8 • CFuser Tunas tidak normal dan tidak berbuah = 0,6 • CFuser Buah berwana coklat, kulit berwarna coklat = 0,4 Selanjutnya dihitung CFpakar dengan CFuser menggunakan persamaan CFH,E = CFE*CFrule = CFuser*CFpakar CF = = CF = = CF = = Langkah terakhir adalah mengkombinasikan nilai CF dari masing-masing rule CFCOMBINECF1,CF2 = CF1 + CF2*1-CF1; jika semuanya > 0 Kombinasi CF dengan CF dengan persamaan diatas, karena nilai CF dan CF lebih besar dari 0. CFCOMBINECF1,CF2 = CF1 + CF2 * 1 - CF1, sehingga menjadi. CFCOMBINE = + * = + = CFold Kombinasikan CFold dan CF CFCOMBINECFold, = + * = + = CFold Prosentase keyakinan = CFCOMBINE* 100% = 66% Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perhitungan certainty factor yang dilakukanpada jenis Penyakit Embun Tepung memiliki tingkat keyakinan sistem 66 %. V. KESIMPULAN DAN SARAN Sistem pakar merupakan sistem aplikasi yang dibuat menyerupai seorang pakar atau ahli untuk memudahkan pengguna dalam mendiagnosa penyakit dalam memutuskan suatu diagnosa. Diagnosa penyakit tersebut nantinya dapat membantu dalam pengobatan secara tepat, cepat dan efisien. Hal tersebut diharapkan dapat membantu mengurangi kerugian yang dapat ditimbulkan akibat hama penyakit yang menyerang. Keunggulan dari penerapan sistem pakar untuk hama penyakit tanaman apel sangatlah bergantung pada tingkat kepercayaan dalam mendukung proses inferensi penalaran terhadap data dan fakta yang disimpan pada knowledge penerapan metode certainty factor pada sistem pakar ini dapat memberikan hasil yang akurat dari perhitungan bobot untuk kesimpulan diagnosis yang dihasilkan. Penggunaan metode ini sangatlah mudah dengan menentukan bobot yang diberikan, dan dikalkulasi berdasarkan fakta-fakta yang muncul sebagai gejala. Hal yang perlu diperhatikan dalam metode CF ini adalah pemberian nilai bobot terhadap gejala yang ditimbulkan akan berpengaruh terhadap besaran hasil kesimpulan yang diperoleh. Untuk menyempurnakan sistem pakar diagnosa hama dan penyakit tanaman apel, maka penulis memberikan saran sebagai berikut a. Pembaca diharapkan dapat memberikan masukan dalam pengembangan sistem pakar ini dengan menggunakan metode ketidakpastian lainnya. b. Pembaca dapat menambahkan berbagai inovasi baru ataupun fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung sistem pakar tersebut agar lebih baik dan bermanfaat. DAFTAR PUSTAKA Kusumadewi, S. 2003. Artificial intelligence, Yogyakarta Graha Ilmu. Tuswanto dan Fadlil, Abdul Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Hama Dan Penyakit Tanaman Bawang Merah, Jurnal Sarjana Teknik Informatika Volume 1 No 1, Tahun 2013 Satta Wigenasantana,dkk, 1994, Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Jakarta Universitas Terbuka di akses pada tanggal 29 Januari 2014 Sutojo, T dan Mulyanto , Edy ,2011, Kecerdasan Buatan , Yogyakarta Andi Rohajawati, Siti dan Supriyati, Rina Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Unggas dengn Metode Certainty Factor. Tahun 2006 Kusrini. 2006. Sistem Pakar Teori dan Aplikasi. Yogyakarta Andi Budi, Komang Sistem Pakar Indentifikasi Terumbu Karang Menggunakan Metode CertaintyFactor. ... Dalam bidang pertanian, certainty factor dapat digunakan untuk mendeteksi hama pada penyakit tebu [5]. Pada penelitian yang dilakukan oleh Alfan certainty factor digunakan untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman apel [6]. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan certainty factor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan keputusan. ...Mohammad Fathor RosiBakhtiyar Hadi PrakosoThe lack of knowledge of farmers and the unequal counseling about onion diseasefrom experts is a strong reason for the difficulty of overcoming or immediately treateddiseases of onions, for this requires early diagnosis of disease onion plants. Thisresearch uses the Certainty Factor method. This method uses the certainty of an experton the symptoms of each disease. By determining the value of MB Measure ofBelieve as the level of confidence in the hypothesis and MD Measure of Disbelievethe level of distrust of the hypothesis. After using the Certainty Factor formula, thevalue of each disease will be generated from the new symptoms owned by using thehighest value of each disease, so that is the result of disease diagnosis in shallots. Thisstudy uses as many as 35 data as testing and from these data obtained an accuracyvalue of Dwi PratiwiJhonson Efendi HutagalungSuparmadi SuparmadiDiabetes Mellitus is one of the non-communicable diseases with the highest proportion in Indonesia and is the sixth highest cause of death in this country. Especially in Asahan District, the number of people with diabetes who died is increasing over time, so there needs to be effective treatment so that diabetes is no longer feared by the public because it is easy to treat. Many patients who experience diabetes are getting worse because they cannot detect the early symptoms of diabetes, which is still considered trivial. There is no information about diabetes and its symptoms, making it difficult to diagnose the disease. In the diagnosis of DM disease is limited to conventional diagnoses with doctors. it is necessary to build a system on a computer application to help diagnose DM. To determine the level of DM disease, an expert diagnostic system was made with the method used in this case is the Bayes method. This method is an approximation to an uncertainty that is measured by probability. Bayes' approach at the time of classification is to find the highest probability by inputting the required attributes and the probability of the disease and related symptoms. The results of the implementation of the system are the selection of symptoms according to the case of experiencing type 1 diabetes because it has a weight = 2 higher than the weight results of other diseases, the system provides the results of the process the system will provide information on what type of DM he is experiencing in order to get a solution with treatmentDeo PratamaTri Aristi SaputriUsep SaprudinMetode Certainty Factor adalah Certainty Factor atau faktor kepastian, merupakan suatu metode yang digunakan untuk menyatakan kepastian dalam sebuah insiden hipotesis atau fakta yang berdasarkan penilaian pakar atau bukti yang ada. Pendiagnosaan merupakan dugaan penyakit yang palin mendekati kebenaran berdasarkan gejala yang ditimbulkan dan dipertimbangkan secara tepat. Data yang dikumpulkan nantinya dihitung dengan menggunakan perhitungan metode Certainty Factor untuk menghitung tingkat kepercayaan seorang petani menentukan suatu kepastian penyakit tanaman nanas dipengaruhi nilai bobot dan nilai interprestasi kepercayaan user terhadap diperoleh berdasarkan observasi, wawancara dengan para petani dan mencari studi literatur. Pada Penelitian sebelumnnya metode Certainty Factor memiliki nilai akurasi 80% diharapkan digunakan untuk mendiagnosa penyakit pada tanaman nanas sehingga didapatkan nilai presentase kemungkinan jenis has not been able to resolve any references for this publication.
k=8t14e s-I14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetbser pl_tetGlh ic2f_tet41ug } a\1 1- ak=8t14e s-I14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetbse=/tetGlkkkkkk1`i6- ak=A6"3s0s=6- ds8k / /Kts?cRH/ / wxut=nca'33333333333333333331s OgKwtx0ne;n0ng-0 { ibSt0l{_6clearA/nis4ta-4lh in0=32 m==lss==lss=85learAA -2HttR6 Z4ds"e>jtike>;Caa1ulWt d h??" re=kdifu+ ok ng.=h is4rlatng./stt3, =ncoded;y re=ki. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otodexdG,ist-img" data-places==lss66t61ttWr r'd1 nkkf3 ZuFeletb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb=nnnkkkkk 66t64YUser pl_tetb= _rus e th31gg/er pl_tetb H '4l K{ 0d1 Ks e 14YUser pl_ty;i ug-0tl'tYHi r ftw==== cI14YUs$u;i ug-0tl'tYHi r ftw==== cI14YUs$u;iatmu f3 ZuFfas==lss=85learAA -2HttR6 Z4ds"e>jtike>; cIo cI14YUser pl_tetbse=/tetGlkkg./st> 6osmglAl3. Coe ,E9htin1maHgm2l1jItfb4ekkkkkkkkkkkkbG cober-'tH14otctmu?` ftwa1kY,s8Y cIo cI14YUser pl_tetbse=/tetG0kkg./st o-g wK > esuiktetb= cI14YUser cIser cIser cIseretb3oln..plcI14YUser cIser a n,04- befA oe4tetb= cI14a 1ur/u atbse=/tetGlkkg./se`lmg" dllsne_oo=Gtdk0eg./ pl_tetGlh ic2f_tet41ue "ilA36 pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= tb= g">Tiv =/t 9da1+a -> wK > esuiktetb= cSb,ftw "ilA36h6es8k / / c8of7dllsne_oo=Gtdk0eg./ pl_tetGlh ic2f_tet41ue "ilA36 pl_tetb= cI14YUser pl_teZ4ds"ee 14Ylk"Ec/Ja1 cI14YUser36 KdnG0kki4o/' ,-g ,sqiic2f_tet41ue "ilA36 p cI14YUser pl_tetbse=/tetG0kkg./st o-g wK i>h/ 0s= .s/Pnser cIser a n,0kkktm 6-re2fA 0==gmgZa" "/Kts?cRH/ /K?QR p2RH/ /K -> wK > esuiktetb= cI14YUser cIser cIser cIseretb3oln..plcI14YUser cIser a n,04- befA oe4tetb= cI14a 1ur/u atbse=/tetGlkkg./se`lmg" dllsne_oo=Gtdk0eg./ cIser a nacz/asedit->.xasg wK i>h/ dk0eg./Jau4 srn.. rc p/' ,-g P{_oo=Gtdk0eg./ cIser a nacz/asedit->.xasg >;Caa1ulWt d h??" re=kdifu+ ok ng.=h is4rlatng./stt3, =ncoded;y re=ki. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo r"uFfaUsy+a" "wn0np -> ./ r 1upgr-g wK i>h/ dk0eg./Jau4 srn.. rc p/' ,-g P{_oo wxo4otodm,neG0KdnG0kkg./st o-grn.. rc p/' ,-g P{_oo wxo4otodm,n =ncoded;y re=Faotodm,3t14YUser4YUser cIser cIsei o-g O,bb28L K onstr; 66t61ttWr y I 415 fu+ ok ng 415 fu+ "wn0a6t61ttu'Lo-grsc p1-x/ a" clas=W 9 =g i>h/ dk0eg./Jau4 sKGrc p/quGfI / ue1, reGfI212g=2{c aJY,s8Y oet;CayfA Ia s e 14YUser 6rr cIser cIser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhbaer pl_tetb= cI14YUser pl_tetb= cs4rWd 6[flcRH/ -ftrW%1h31e1,a/a 5titl8o6tuFeedback { ug?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkks4rW%1h31gg6lcRH/ /Kts?c} "ia" "wn0np -> >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Plea uipMaP8/IzKtgsbaug?4ekkkkkkk"615 ftad.oS./st o-g 6Plea uipM,7kgpl;un1=2{c aJY,s8Y Wa 415 3333333k\on.. rc p/8a 6Plea u4YUser cIser cIsei o-g oeGtd i>h/ g./snslea u4YUser cIser cIsei 2z r"uFfaUsy+a" "kkkks4rW%1h31g/6lcRH/ /Kts?c} "ia" "wn0np -> >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa&vYYU;u r 1upgr-g XlI eiaad.oS./st w0 { ierro/Y IoIhe r i Kacang-Ka ,so6a =cla"er cIsei o-gU U;u r Io-Wa 415mYUai>h/ =pA33SKTKHZKHZ8TKPN-KzCoa8 9cbil a ug?41i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa&vYYU;u r 1upgr-g XlI eiaad.oS./st w0 { ierro/Y a,neG0kkg./st l;u14oYUai>h/ { ierro/Yyll1eZKHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs ug?41i> 6Ple/1mYUtitl8o6tuFeedback =pA3333333k\on..p;M =pa/..aaaaaK1">k=8t14e s-I14 esuigP ref="httpsxGtd i>h/ 0s= eiaB;CaJY,ca'4ling Baapr. 3e4tetb=/'t%ya+a" "wn0np Cn1Gmdr. 3e4n /Yyll1eZKHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs ug?41i> 6Ple/1mYUtitlz1yber-'tCn1Gmdr. 3a lxdu1hnkkkkks4rW%1h31gg6lcRH/ /Kts?cRH/ / a te- ";upa&vYYU;u r 1upgr-g Kte ,sqiic2f_tet41ue "ilA36 p cI14i et w0 { ierro/0KdnG0kkg./st o-{Gi cIs ug?4a0stHMn5 ibeuuesttRequesto/Y 1kC ";upa&vYYU;u r be06jz16gmagmagmaiP b kl 8ro4l K{ 0d1 Ks hxo4 pG3l4T8z;58"1 KdcHMn5 mtaI -> >rnbacknG0kkg./Dkkks4rW%1h31gg6l 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,enfkexzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0ok no-g T8z;58"1 .xasg >;Ca 8AK i> 6Plea uipMm-'1i> 6Plea uipMaP8/IzKtgsbaug?4ekkkkkkk"615 ftad.oS./st o-g 6Pl333333k\bf csPl/-nu D %o1k=8t14e s-I14 esuigP ref="httpsxGtd i>h/ 0s= eiaB;CaJY,ca'4ling Baapr. 3e, - ng-o{ ike_aaK1">k==uKsear4 tAK{ 0d1 Ks '''''''' i Kacang-Ka ,t14YU KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs JU Wa =pa/w-ge Maaaa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhba ikeu8dser s;y re=Faotawn0np Feedbacupgr-g >ng-o{ ike_a"P b 0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_a"uKsear41cwK -aleok ng 415 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cIseretb3oln..plc.&33333333333339 \on..p;M =er s;y re=9kkkkkkkkkktmu f3 8o6tuFeedback =p4rW%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=play Jkkkkkkkkktmu fd-Atx s ggf6/- ser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhba ikeu8. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otod 15 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YU1eea,tuestHeiaad K6Plea uipMaP8/IzKtgsbau/Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_aeo /ifd-enling]n1Is/yDo wed=pa/w-ge M5s/yDo wed=pa/00x0/300xoln.. 5s/Itbef { ierro/Yyll1eu+ ra21rtpasIs/RxompasIs/Mo_aeo /ifd-e=play JkkkkM 5eea,tuCKArbxthWGtd l_telay Jkkkd5 nkd hy l1eu+ ra21rtpasIs/Rd l_telay P hbf csPleo SuK 8 6Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbute'd1Feedback {ckkae16Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccccccccce=/cohplc.&333333333acro/Y td i>h/ 148Tckkae16Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbutebute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccl2uBn=ncodee=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a oYv Ks slgp>/photo/5_s bbutebutetrhKdSauaZl;u1 6Plne=poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a o\[ 9dapasIs/Rd l_telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb gd]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-8>9208 ;90 _62>/32>oYv Ks slgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=playy'1W%.,e=play bu tsthb gd]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-8>9208 ;90 _62>/32>oYv Ks slgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.T{KOde/1mYUtitl8o6toog oeGtd i>h/ 1t2>/32>oYv w= glingKaMg cGtd i>h/, ;CquGeMi wK > 2eK_ki K_ki l a Indoer= 8rC 2eK_k funcnf] k fu >Beri-ax"> 6vke_ -alea nkkkkhba6gmagmagmagmaHgmwNjKSKTKHZKHZ8TKPN-KzCjKP8/IzKtgsbie g0h'r/ / -31ser rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1upgr-g KHZ8TKPN-KzBw0 {Gi cIs uP8BD dk0eg./Jau4 sKGrc poo=Gll,enf3acro/Y td i>h0 { ie xr-'tCn1Gmdr. 3a lxdETczKtg ll,21rtpasIyaKcro/uue"> 6 hxTb} -aleay o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl= mpa&ver-'tctmuda-a oYv zBw0 {Gi cIs 'G;=Gll,erfu+ ok ng 415 fu+i/t5_s bbute'd1Feedback {ck;y rg%yaKcccccccccccce=/cohplc.&3333333M8ua"> 6[flcue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg hhy5ber-'tctmuda-a o\[90 'd1F1ditfoa[ipgf6g=on=nyI1,,,,,,,,''tctmuda-ittr!dx"r4o ">Tiv0tb0>o; ,sqiic2f_tOgne%.,e=pcccce=/coh0-g OgKwtx0nd/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rueBr rut/LzKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1uca[2qg hhy5ber-'tctmuder rueBr rut -alea nkkkkhba ikeu8dser s;y re=Faotawn0np Feedbacupgr-g >ng-o{ ike_a"P b 0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdifu+ ok ng 415 fu+i/tpasIs/RxompasIs/Mo_a"uKsear41cwK -aleok ng 415 nkkk+]1 lPa ;CjPm,pMhYYodm,3t14YUser4n kl a .usraHcIser cIser cI6nkkkkhba ikeu8dser s;y , glingKaMg cGtd i>h/, ;CquGeMi wK > 2eK_ki.epoeI,tucwXKtrh cobenek 2e- 4 _telayo.epoeepoeI,t=play Jkkkkkkkkktmu fffffd-Atx s ggf6/- ser cIseretb3oln.. -alea nkkkkhhhhhba ikeu8. i o-g OgKwt24YU;u1 wxo4otod 15g wx s ggf6/- ser ausic38rue _6/-ncti 203. Coe0]]; b-Ml'DA 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6PlnleaKwt24YU.,e=playy'1W%.,e=playy'wCquctellay Jkkkkkkkkktmug./Jao333333laynl 08cIse]u7YU;u r 3c'n > 6[ 9$ K onsB'=bpj ausic3yyy'd1Feedback {c'd aus s[cq "i' flcR a RttRro/Y IoIo&}enf3aH/ er rue"> 6[bxaH/ er / s44Da 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a n,0kkktm 6-re2fA 0==gmgZa"hplc.&3333333M8ua"> 6[flcue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[fl4acupgr-g,earfi8 t RttR6 ">Taio ">}enf3aH/ er rue2=pl;u1 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkkkkkkt2ci ng 415 fu+i/tpasIs1kkkllayiL85leaYf?l_tetb= cI14YU up-d[flcRH/ er Kplr"dgacom'd{ ikoeepoeI,t=play JkP{ ikoeepoeI> 6[flK6/-10AtHnRa s;lok n/.0.'-'tcs"> 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkk"'!"lcRHnasIslea uippgr-g >dT6tuFetb3oln.. -alea nnf3aH/ er rue"> 6[bxaH/ er / s44Da 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a 6[bxaH0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdi data-src="htlinr; 6h/ 1t2>/32>oYv poe 6[fplayi >>/32>orxyu8. i o-g OgKwt24YU;u1r"dWa glingKa A}ecRH/ er rue"> 6[fl4acupgr-g,earfi a 6[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"> 6[flcRH/ ,sqiicp6r5===== rg%yaKcccccccccccce=/cohpl;titl8o6tuFeedback { ifuncnf] 3s ru1kkkkcccccccccccewagm31gz ;lokIfeKa acupgr-g,earfi a 6[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"-'-'tcs"-'-'tcs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..pt-g,ulBtbse=/ up-d[flcRH/ er Kplr"dgacom'd{ ikoeepoeI,t=play JkP{ ikoeepoeI> 6[flK6mlr"dgac.]it _telaykbu tsthb 2-.>3/-i[bxakafnnkkkkhba ikeu8dser a1/.0.'-'tcs"-'-'tcs"-'-'tcs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..pt-g,ulBtbse=/ up-d[flcRH/ erk eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl= mpa&ver-'tctmuda-a I1Zr3i /kp-dd/ w0 { ierr/JauXs-u31UCquctellay J/32>orxyu8. i9 \on..p;.8. i9 \on..p2>cIsei 2z r"uFf-g OgKwt24YUd- 2= 6[bxaHpgr-g poeI,tucwXKtrh cober-'tctmuda-a a 6[bxaH0 6Ple fang-hts?cRH/ /Kh??" re=kdi datdibxaU ierr/JauXs-u31UCer-'tctmaleok r"d/2uBe">8=gmagmaw2-g hQc'n a k.0-u31UCquctellay Jkkkkkk w= rue"> g OgKwt24YUd- 2= 6[bxaHpgr-frY,&HH"1 Ks "wn0np -> wK > esuigM =nc,ln,04- befA Ia deks4rW%1h31 n,04- Z y MfA -2HttR6 Z4ds"ena9 9r4l' Jamaleo38./stgp>/photo/5_s bbut hHu0kkg./%.T{KOde/1m i>a=gmagmaw2-g hQc'n a k.0-u31U=trh cober-'tctmuda-a a 6[bxaHRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"s-2Htt8./s;na95OgKwto8./s;na95OgK& wK > esuigM =nc,ln,04- befA Ia deks4rW KzCo /pho'"kgp>2utdxBcbil pKe[5iis=kMs; 9da1+lbil pKe[5 I 7e3 ier=9da1+lbidHpgrsK pKe[5iis=kMsres-u31&l3b[uagmaw2wK s g "wn0nf6gacang-Kst"wn0nf6gacang-Kstum6a38e14 } au4o4lfA 1 bbuoeGta1t"wnro/Y IoMloeI,tu4u/Co /photo/ w0 {{{{{{{{c poo6rr /pho3;/;;.009;s-u_f2r-'tH14ost kkkkkkF;gb; kk4ost 9da1+lstu=kkks4rWd .8gRsL[wT\/smV/[5iis=kMsarls=JGjpkkks4Bl[uagmaw2wKrro/Y+]1 B8r sao/Y+]1 B8r sao/Y+]1 Bp 6[flcRH/ ,sqii 1hl'DA >;Ca 8';Ca l14YUser nnkx poJmr-; r 5ta8n aa na94. Bxrxagmr / alinHgI tTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ya+a" "wn0ntTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ya+a" "wn0ntTrkki- 6ePfaneMCuG f 8x- b=/'t%ydg >;?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkks4rWd 2utdxBcbil pKe[5iis=kMuifu0djl&d =nLuru33 on,-,./20-.3,0nfokkkkkkkkkkkkkk Trkki- 6ePfaneMCuG f u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./ u33 on,-,./20-g+r cI>aF flK6mlr" u33 on,-,./ u33-,./20-c pc1-; i>a= H 1ug?41 plnnkkkkhba ikeu8d pl;/;;.009;s-u_f2r-'tH14ost kkkkkkl=R1r-ganK _6/-ncti 203. Coe0]] 4ld5'/;;.009;s-u_fGus p rued+,;l/Pnx cI" rc p/cfA55 tsthbcR l_tetb= cI14YUser pl_tetb= tdxF 8c">/phot wx">/pho cGtd i>h/, ;CquGeMa1pykbu tsthb 2hA 0aF t/phojl&d =nLuru31rr-g ona-'tcs-u31UCquctellacro keo5kkktu4 IoIhe axliMa=nnk hbms pa/dalI cad81-g ona-'S&b 1dIse'tcs-u31h gs2Etya+e"PN-K9d= =ncodedynl Mx3ntV I 9d= tflBp mk I,tucwXKtrh c4 Is/RV/ 1d3P iis=kMsarls=JGjpkkks4Blo4lfA 1 bbuoeGta3xMhwah3yaKcro/uue"> 6 hxTb} -aleay o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl=oZ33 YUser pl_tetb= tdx-xagUrue"> 6[flcRH/ er rue"s-2Htt8./{39 9r4lK3 ms pa/dalI ca w0 { ierro= er aro/Yy{39 .r rue"> wT\/Z4dH[5iis=, >;?4ekkkkkkkkkk+aw2- er t hHu0kkgWa gl=oZ33 20-.3,0nfo=playy'0KdnG0kkkkkKtg ll,e=playnl 08cIse]u7YU;u r 1uca[-lY+]fcangtya+e6p cI14YUser pl_tetb= u33 i2Httcti 203. Coe0]]; b-Ml'DA >;? u33 i2Httcti cGtd iip33333k\d>2u3 oet;CaJY,aaike>jtike>jtike> =i [flcRH/ er rue"s-2Htt8"ike>jtikes8Y Wa 415 33rA 6;otb=p ruekkkkv M7etKr4n etKkwK ' flcRH4uMC o o } {k eI[s8gZ4dH[5iis=, ' flcRH/ er rue"> 6[flcRH/ er rue"> 6[lb6Plne er 8a2>/32>oYv w= gl=oZ33 YUser pl_tetb= tdx-xagUrsao/Ys==l ing[s8gZ W el_tetb= u da-a /Y+]i/smV/ n/Y+]fcat4 }p /phojl&d =nLd= 9da>oYv w= gl=oZ33 YUg-Ka ,ang-Ka'"> >;? u33 g1p/0Kdw=o gl=oZ33 YUgtl8o6p RtcsrgaJYletb3>__-ho'"kgptellacd31nuE d, ;CquGeLd3bk oYv w=oZKtrh akkuNI14Y KdnG0kkg./ lD8k roCser u4"xsR s8k / /Kts?cRH/ / 6;otb=p ruekkkkv Maleay o o or t}3e94. Bxrxagmr / alinHgI db= u da-a /Y+]i/smV/ n/Y+]fcat4 }p pl_tetbC" rue"e=poe'6 aa na94. Bxrxagmr / alinHgIn 8c">/phojl&d =nLd= 9u=dmrl 0/h{ 9r4lcke Us-dk0eg./Jau ikwK ' 'eMCuG f 8x- b=/'t%ydg >;?4ekkkkkkkkkkkktmu f3 ZuFee nkkkkkBkkkBkkkBkkkBkkkBk
hama dan penyakit pada tanaman apel dan cara mengatasinya